JAKARTA - Pemerintah menilai sisi investasi di bidang minyak dan gas (migas) di Indonesia sangat baik. Hal ini bisa menjadi pendamping Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam konteks kebijakan fiskal.
"Dari sisi investasi, expenditure di perminyakan terus naik. Kalau bisa dibelanjakan di dalam negeri, ini bisa jadi pendamping APBN dalam konteks kebijakan fiskal," kata Kepala BP Migas R Priyono di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (10/7/2012).
Priyono menambahkan, ketika data tentang migas masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) data tersebut berubah jadi data akuntansi.
"Begitu industri migas masuk DPR diubah kebijakan fiskal itu jadi kebijakan akuntansi," tambah Priono.
Priyono menjelaskan, data investasi migas pada 2011 butuh keberanian untuk menjelaskan soal apa yang terjadi di lapangan.
"2011 investasi sektor hulu migas biaya eksplorasi USD719 ribu, development USD3,149, produksi USD9,196 juta, dan administrasi USD958 ribu. Dari 2010, produksi cuma USD7,033 juta. Butuh keberanian untuk katakan apa yang terjadi di lapangan dan apa solusinya? Jangan mengeluh saja," jelas Priyono.
Namun, Priyono mengakui, industri migas tidak bisa berdiri sendiri dan butuh sokongan dari berbagai pihak
"Industri migas enggak bisa berdiri sendiri harus ada industri penunjang," tutup Priyono.
"Dari sisi investasi, expenditure di perminyakan terus naik. Kalau bisa dibelanjakan di dalam negeri, ini bisa jadi pendamping APBN dalam konteks kebijakan fiskal," kata Kepala BP Migas R Priyono di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (10/7/2012).
Priyono menambahkan, ketika data tentang migas masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) data tersebut berubah jadi data akuntansi.
"Begitu industri migas masuk DPR diubah kebijakan fiskal itu jadi kebijakan akuntansi," tambah Priono.
Priyono menjelaskan, data investasi migas pada 2011 butuh keberanian untuk menjelaskan soal apa yang terjadi di lapangan.
"2011 investasi sektor hulu migas biaya eksplorasi USD719 ribu, development USD3,149, produksi USD9,196 juta, dan administrasi USD958 ribu. Dari 2010, produksi cuma USD7,033 juta. Butuh keberanian untuk katakan apa yang terjadi di lapangan dan apa solusinya? Jangan mengeluh saja," jelas Priyono.
Namun, Priyono mengakui, industri migas tidak bisa berdiri sendiri dan butuh sokongan dari berbagai pihak
"Industri migas enggak bisa berdiri sendiri harus ada industri penunjang," tutup Priyono.
Sumber : www.emliindonesia.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar